Breaking News

Menwa Galuh Ciamis Dan STEI Ar-Risalah gelar Halaqah Kebangsaan

Halaqah Kebangsaan Mencegah Politik Pecah Belah Di Era Kekinian.
AmanahNegeriku.com,- Resimen Mahasiswa (Menwa) Galuh Ciamis, Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STIE) Ar-Risalah dan Pesantren Ar-Risalah Ciamis menyelenggarakan Halaqah Kebangsaan dengan tema "Mengoptimalkan Nilai-nilai Budaya Lokal: Mencegah Politik Pecah Belah Di Era Kekinian", bertempat di Aula Pesantren Ar-Risalah Ciamis, Minggu (24/2/2019).

Acara yang melibatkan sekitar 200 peserta yang berasal dari kalangan mahasiswa, santri, peneliti, aktivis, wartawan dan pemuka agama ini dihadiri oleh KH Otong Nur Muhammad (Pimpinan Ponpes Ar-Risalah), H Andang Firman (Kesbangpol Kab. Ciamis, Jawa Barat), Asep Kodari (Kasie Politik Dalam Negeri Kesbangpol Ciamis), KH Fadlil Yani Ainusyamsi (Pengasuh Ponpes Darussalam Ciamis), Miming Mujamil (Dewan Kebudayaan Kab. Ciamis), serta beberapa Staf pengajar STEI Ar-Risalah.

“Melalui acara halaqah kebangsan ini Semoga bisa terwujud ikhtiar kita dalam mencegah politik pecah belah di masa kekinian. apalagi dihadiri oleh Kesbangpol, ini menunjukan bahwa adanya bukti terjalinnya hubungan yang baik antara pemerintah dengan kalangan pesantren.” Kata KH Otong Nur Muhammad, Pimpinan Ponpes Ar-Risalah dalam sambutannya.

DR KH Fadlil Yani Ainusyamsi, Pengasuh Ponpes Darussalam Ciamis, narasumber pertama dalam acara tersebut mengatakan, sebenarnya politik pecah belah sudah berlangsung sejak  jaman colonial, hingga saat ini banyak kelompok pembangkang terhadap konsep NKRI, yang sengaja ingin merobohkan empat konsensus nasional, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

Politik fitnah adalah politik keputusasaan, putus atas karena kegagalan berkiprah dan lain sebagainya. Oleh karena itu maka, kita harus bersatu lawan devude et Impera masa kini. Karena politik kebencian akan melahirkan manusia mediokrit. Papar KH Fadlil.

KH Fadlil juga mengatakan, hanya orang beriman yang tahan terhadap provokasi, teror, fitnah, intimidiasi dan adu domba. Sebuah lembaga akan kuat bila punya Tim work yang kuat. Bangsa kita harus memiliki motivasi kekuatan, keberanian, semangat, kreatifitas, produktif dan pengorbanan. Katanya.

Kemudian, Kepala Kantor Kesbangpol Kabupaten Ciamis, H Andang Firman mengatakan, terkadang kita terbiasa melupakan hal hal kecil. Padahal, justru dari yang kecil ini akan menjadi besar. Kemajuan teknologi saat ini tak bisa kita bendung, terutama di bidang IT kita bisa lakukan apapun dengan cepat.

Kita harus tunjukkan kepada dunia, Indonesia bukan hanya sebagai negara demokrasi tapi juga negara yang cinta damai, dan kita punya modal keberanian. tantangan negara saat ini adalah adanya ancaman budaya, narkotika, gerakan separatis, dan lain-lain. hal itu terjadi sebagai konsekuensi yang harus kita alami dalam sebuah negara demokrasi.

Solusi sebagai penyangga dari kerontokan pilar ideology ialah dengan mengembangkan wawasan kebangsaan, menularkan cara pandang bangsa yang baik terhadap diri dan lingkungannya. peserta yang hadir disini sudah pada hapal lagu kebangsaan, padahal di tempat lain biasanya suka ditayangkan slide lagu kebangsaan pada saat menyanyikan lagu tersebut. semoga ini bukti kita semua setia terhadap NKRI. Kata Andang.

Selain itu, Andang juga mengatakan, islam adalah kekuatan negara, meskipun dulu ada opini seolah islam adalah musuh negara. Padahal UUD 1945 adalah Hasil kesepakatan para the founding father yang tidak hanya melihat satu kelompok saja.

Pada kesempata itu, Andang juga menganjurkan peserta yang hadir untuk menghapalkan pembukaan UUD 45. “Pembukaan UUD kalo bisa hapalkan, supaya kita tahu hak dan kewajiban kita sebagai warga negara untuk Membangun karakter ke Indonesiaan.” Terangnya.

Selanjutnya, Miming Mujamil, Dewan Kebudayaan Kabupaten Ciamis mengatakan, kita tidak boleh melupakan sejarah, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Kita juga harus paham falasafah dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Hana huni hana mangke, tan hana huni tan hana mangke. ada masa sekarang karena ada masa lalu, tidak akan ada nasa kini kalo tidak ada masa lalu.

Untuk mencegah politik pecah belah di era kekinian menurut versi Sunda adalah ‘kudu sabibilungan’, sareundeuk saigel sapihanean atau kompak dan gotong royong. Nilai dalam pelestarian budaya Ngajaga, Ngajega, ngajiga, ngajago, intinya harus harmonis. Terbangun budaya positif, serta Melahirkan budaya unggul. Papar miming.

Sementara, Danki Menwa Galuh, Ana Intang Rustiana mengatakan bahwa laju percepatan globalisasi dan modernisasi memang tidak bisa kita cegah, namun ini bukan berarti kita harus kehilangan jati diri sebagai bangsa. Pemahaman ke-Indonesiaan yang sejuk, teduh dan inklusif melalui ruang publik seperti halaqah kebangsaan ini yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk menjaga tekad dan naluri bangsa kita dalam upaya menempatkan kepentingan nasional diatas kepentingan pribadi maupun golongan. Jelasnya.

“Mahasiswa sebagai agen perubahan harus terus-menerus mengasah kepekaan terhadap lingkungan dan isue-isue nasional, dan menjadi agen solusi bagi pernasalahan bangsa, bukan malah menjadi bagian dari persoalan bangsa itu sendiri. Untuk itu diharap dengan acara seperti halaqah kebangsaan ini bisa menjadi sarana membangunkan kesadaran kolektif atas pentingnya penguatan upaya untuk menjaga persatuan bangsa dan mencegah perpecahan bangsa di masa kini dan mendatang berbasis akar kebudayaan sendiri.” Terang Aceng Yasser, Ketua BEM STEI Ar-Risalah di tempat yang sama.