Menwa Galuh Ciamis Dan STEI Ar-Risalah gelar Halaqah Kebangsaan
Halaqah Kebangsaan Mencegah Politik Pecah Belah Di Era Kekinian. |
Acara yang melibatkan
sekitar 200 peserta yang berasal dari kalangan mahasiswa, santri, peneliti,
aktivis, wartawan dan pemuka agama ini dihadiri oleh KH Otong Nur Muhammad
(Pimpinan Ponpes Ar-Risalah), H Andang Firman (Kesbangpol Kab. Ciamis, Jawa
Barat), Asep Kodari (Kasie Politik Dalam Negeri Kesbangpol Ciamis), KH Fadlil
Yani Ainusyamsi (Pengasuh Ponpes Darussalam Ciamis), Miming Mujamil (Dewan
Kebudayaan Kab. Ciamis), serta beberapa Staf pengajar STEI Ar-Risalah.
“Melalui
acara halaqah kebangsan ini Semoga bisa terwujud ikhtiar kita dalam mencegah
politik pecah belah di masa kekinian. apalagi dihadiri oleh Kesbangpol, ini menunjukan
bahwa adanya bukti terjalinnya hubungan yang baik antara pemerintah dengan
kalangan pesantren.” Kata KH Otong Nur Muhammad, Pimpinan Ponpes Ar-Risalah
dalam sambutannya.
DR KH Fadlil
Yani Ainusyamsi, Pengasuh Ponpes Darussalam Ciamis, narasumber pertama dalam acara
tersebut mengatakan, sebenarnya politik pecah belah sudah berlangsung
sejak jaman colonial, hingga saat ini banyak
kelompok pembangkang terhadap konsep NKRI, yang sengaja ingin merobohkan empat
konsensus nasional, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
Politik
fitnah adalah politik keputusasaan, putus atas karena kegagalan berkiprah dan
lain sebagainya. Oleh karena itu maka, kita harus bersatu lawan devude et
Impera masa kini. Karena politik kebencian akan melahirkan manusia mediokrit. Papar
KH Fadlil.
KH Fadlil
juga mengatakan, hanya orang beriman yang tahan terhadap provokasi, teror,
fitnah, intimidiasi dan adu domba. Sebuah lembaga akan kuat bila punya Tim work
yang kuat. Bangsa kita harus memiliki motivasi kekuatan, keberanian, semangat,
kreatifitas, produktif dan pengorbanan. Katanya.
Kemudian, Kepala
Kantor Kesbangpol Kabupaten Ciamis, H Andang Firman mengatakan, terkadang kita
terbiasa melupakan hal hal kecil. Padahal, justru dari yang kecil ini akan
menjadi besar. Kemajuan teknologi saat ini tak bisa kita bendung, terutama di
bidang IT kita bisa lakukan apapun dengan cepat.
Kita harus
tunjukkan kepada dunia, Indonesia bukan hanya sebagai negara demokrasi tapi
juga negara yang cinta damai, dan kita punya modal keberanian. tantangan negara
saat ini adalah adanya ancaman budaya, narkotika, gerakan separatis, dan
lain-lain. hal itu terjadi sebagai konsekuensi yang harus kita alami dalam
sebuah negara demokrasi.
Solusi
sebagai penyangga dari kerontokan pilar ideology ialah dengan mengembangkan
wawasan kebangsaan, menularkan cara pandang bangsa yang baik terhadap diri dan
lingkungannya. peserta yang hadir disini sudah pada hapal lagu kebangsaan,
padahal di tempat lain biasanya suka ditayangkan slide lagu kebangsaan pada
saat menyanyikan lagu tersebut. semoga ini bukti kita semua setia terhadap NKRI.
Kata Andang.
Selain itu, Andang
juga mengatakan, islam adalah kekuatan negara, meskipun dulu ada opini seolah
islam adalah musuh negara. Padahal UUD 1945 adalah Hasil kesepakatan para the
founding father yang tidak hanya melihat satu kelompok saja.
Pada kesempata
itu, Andang juga menganjurkan peserta yang hadir untuk menghapalkan pembukaan
UUD 45. “Pembukaan UUD kalo bisa hapalkan, supaya kita tahu hak dan kewajiban
kita sebagai warga negara untuk Membangun karakter ke Indonesiaan.” Terangnya.
Selanjutnya,
Miming Mujamil, Dewan Kebudayaan Kabupaten Ciamis mengatakan, kita tidak boleh
melupakan sejarah, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa
para pahlawannya. Kita juga harus paham falasafah dimana bumi dipijak, disitu
langit dijunjung. Hana huni hana mangke, tan hana huni tan hana mangke. ada
masa sekarang karena ada masa lalu, tidak akan ada nasa kini kalo tidak ada
masa lalu.
Untuk
mencegah politik pecah belah di era kekinian menurut versi Sunda adalah ‘kudu
sabibilungan’, sareundeuk saigel sapihanean atau kompak dan gotong royong.
Nilai dalam pelestarian budaya Ngajaga, Ngajega, ngajiga, ngajago, intinya
harus harmonis. Terbangun budaya positif, serta Melahirkan budaya unggul. Papar
miming.
Sementara, Danki
Menwa Galuh, Ana Intang Rustiana mengatakan bahwa laju percepatan globalisasi
dan modernisasi memang tidak bisa kita cegah, namun ini bukan berarti kita harus
kehilangan jati diri sebagai bangsa. Pemahaman ke-Indonesiaan yang sejuk, teduh
dan inklusif melalui ruang publik seperti halaqah kebangsaan ini yang dibutuhkan
oleh masyarakat untuk menjaga tekad dan naluri bangsa kita dalam upaya
menempatkan kepentingan nasional diatas kepentingan pribadi maupun golongan. Jelasnya.