Cerita Dibalik Megahnya Taman Wisata Nasional Candi Borobudur
Foto Uyumi Umi Kulsum |
Taman wisata nasional
cadni Borobudur yang terletak di Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Candi ini terdapat disekitar 100 km sebelah barat daya Kota Semarang,
86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut
Kota Yogyakarta.
Candi Borobudur, candi
atau kuil Buddha terbesar di dunia ini didirikan oleh para penganut agama
Budhha Mahayana sekitar tahun 800 Masehi pada masa pemerintahan wangsa
syailendra. Kemudian kurun waktu sekitar tahun 1975 hingga 1982 Pemerintah
Republik Indonesia dan UNESCO melakukan proyek pemugaran besar-besaran, sehingga
situs bersejarah ini masuk dalam daftar situs warisan dunia.
Monumen Candi Borobudur
memiliki enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga
pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relif dan
aslinya terdapat 504 arca Buddha. Borobudur memiliki koleksi relief Buddha
terlengkap dan terbanyak di dunia. Stupa utama terbesar teletak di tengah
sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72
stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila
dalam posisi teratai sempurna.
Dilansir dari
borobudurpark.com, antara 780-840 Masehi Dinasti Sailendra merupakan dinasti
yang berkuasa pada masa itu membangun peninggalan Budha terbesar di dunia.
Kemudian peninggalan ini ditemukan oleh Pasukan Inggris pada tahun 1814
dibawah pimpinan Sir Thomas Stanford Raffles. Area candi berhasil
dibersihkan seluruhnya pada tahun 1835.
Borobudur dibangun dengan
gaya Mandala yang mencerminkan alam semesta dalam kepercayaan Buddha. Struktur
bangunan ini berbentuk kotak dengan empat pintu masuk dan titik pusat berbentuk
lingkaran. Jika dilihat dari luar hingga ke dalam terbagi menjadi dua bagian
yaitu alam dunia yang terbagi menjadi tiga zona di bagian luar, dan alam
Nirwana di bagian pusat.
Zona 1: Kamadhatu, alam
dunia yang terlihat dan sedang dialami oleh manusia sekarang. Kamadhatu terdiri
dari 160 relief yang menjelaskan Karmawibhangga Sutra, yaitu hukum sebab
akibat. Menggambarkan mengenai sifat dan nafsu manusia, seperti merampok,
membunuh, memperkosa, penyiksaan, dan fitnah.
Tudung penutup pada bagian
dasar telah dibuka secara permanen agar pengunjung dapat melihat
relief yang tersembunyi di bagian bawah. Koleksi foto seluruh 160 foto
relief dapat dilihat di Museum Candi Borobudur yang terdapat di Borobudur
Archaeological Park.
Zona 2: Rupadhatu,
alam peralihan, dimana manusia telah dibebaskan dari urusan dunia.
Rapadhatu terdiri dari galeri ukiran relief batu dan patung buddha. Secara
keseluruhan ada 328 patung Buddha yang juga memiliki hiasan relief pada
ukirannya. Menurut manuskrip Sansekerta pada bagian ini terdiri dari 1300
relief yang berupa Gandhawyuha, Lalitawistara, Jataka dan Awadana. Seluruhnya
membentang sejauh 2,5 km dengan 1212 panel.
Zona 3: Arupadhatu, alam
tertinggi, rumah Tuhan. Tiga serambi berbentuk lingkaran mengarah ke kubah di
bagian pusat atau stupa yang menggambarkan kebangkitan dari dunia. Pada bagian
ini tidak ada ornamen maupun hiasan, yang berarti menggambarkan kemurnian
tertinggi.
Serambi pada bagian ini
terdiri dari stupa berbentuk lingkaran yang berlubang, lonceng terbalik, berisi
patung Buddha yang mengarah ke bagian luar candi. Terdapat 72 stupa secara
keseluruhan. Stupa terbesar yang berada di tengah tidak setinggi versi aslinya
yang memiliki tinggi 42m diatas tanah dengan diameter 9.9m. Berbeda dengan
stupa yang mengelilinginya, stupa pusat kosong dan menimbulkan perdebatan bahwa
sebenarnya terdapat isi namun juga ada yang berpendapat bahwa stupa tersebut
memang kosong.
Selama restorasi pada awal
abad ke 20, ditemukan dua candi yang lebih kecil di sekitar Borobudur, yaitu
Candi Pawon dan Candi Mendut yang segaris dengan Candi Borobudur. Candi Pawon
berada 1.15 km dari Borobudur, sementara Candi Mendut berada 3 km dari Candi
Borobudur. Terdapat kepercayaan bahwa ada hubungan keagamaan antara ketiga
candi tersebut namun masih belum diketahui secara pasti proses ritualnya.