Kita Sering Mendengar Jiwa Korsa, Apa Makna Sesungguhnya
![]() |
||foto Google |
Pengertian jiwa korsa terdiri dari factor rasa
hormat, rasa hormat pribadi dan rasa hormat pada organisasi/korps. Setia, setia
kepada sumpah, janji dan tradisi kesatuan serta kawan – kawan satu korps.
Kesadaran, Terutama kesadaran bersama, bangga untuk menjadi anggota korps.
Tidak mementingkan diri sendiri dan siap berkorban
untuk kepentingan yang lebih besar. mungkin jiwa korsa ini seperti konsep
ashabiyah-nya ibnu khaldun (1332-1406) dalam bukunya yang terkenal muqadimah
yang diartikan sebagai rasa senasib sepenanggunngan, perasaan solidaritas,
semangat kesatuan (korps), kesadaran kolektif dan sebagainnya.
Jiwa korsa yang kuat tidak mudah padam selama
didalam korps. Di dalam jiwa korsa terkandung di dalamnya loyalitas, merasa
ikut memiliki, merasa bertanggung jawab, ingin mengikuti pasang surut serta
perkembangan korps-nya. Seorang yang memiliki jiwa korsa tinggi pasti penuh
inisiatif, tetapi tahu akan kedudukan, wewenang dan tugas-tugasnya.
Jiwa korsa yang murni dan sejati akan
menimbulkan sikap terbuka menerima saran dan kritik, tidak membela kesalahan
tetapi justru mengusahakan sesuatu pada proporsi yang sebenarnya. Mau menegur
atau memperbaiki sesama warga korps yang berbuat tidak baik dan bukan menutupi
kesalahanya, dan berani mawas diri.
Dan mengenai loyalitas perlu diartikan lebih
luas disamping kepada korps, loyalitas mengandung pengertian pula bahwa apa
yang diperbuat harus memberikan manfaat atau kebaikan dimanapun ia berada.
Peranan Jiwa Korsa bukan hanya penting
dikalangan militer saja, tetapi juga diorganisasi manapun. Jiwa korsa yang baik
akan menciptakan disiplin ketertiban, moril dan motifasi, tentu saja juga akan
meningkatkan ketrampilan profesinya, karena merasa malu apabila tidak mampu.
Seorang anggota korps yang benar-benar
memiliki jiwia korsa yang tinggi akan menunjukan penampilan yang gagah (tidak
loyo dan merendahkan semangat), berani dan segala tingkah lakunya selalu
terpuji, karena jiwa korsanya itu telah jadi stimulan untuk menjaga nama baik
korpsnya.
“Seorang yang ingin memperoleh pengertian
yang mendalam mengenai dasar-dasar ilmu medan (situasi lapangan/lingkungan) harus
mengerti l’esprit de corps“ (von clausewitz). Jiwa korsalah yang menimbulkan
semangat, keberanian dan tekad dalam menghadapi medan
perang(lapangan/lingkungan).
Jiwa korsa dapat timbul dari dalam maupun
dari luar kesatuan sendiri, namun prosesnya perlu ditumbuhkan melalui
pendidikan, kegiatan latihan, penyuluhan dan efektifnya komunikasi.
Pengembangan kesadaran korps pada dasarnya saha menimbulkan kesatuan psikologis
dan emosional yang memungkinkan timbulnya reaksi emosional yang wajar dan
membuat individu bersedia mengorbankan kepentingan pribadinya demi kepentingan
kolektif dan melakukan pekerjaan-pekerjaan tanpa diawasi.
Membina jiwa korsa hakekatnya membina feeling
karena ada sisi irasionalnya, tetapi perancangan rasional dan romantik.
Kerasionalan tersebut untuk mencegah agar tidak tergelincir kedalam iklim
romantisme. Jika membela dan menghormati dengan hikmat simbol misalnya,
sebenarnya perbuatan irasional, sebab jika dirasionalkan maka yang dihormati
hanya sepotong kain. Tetapi itu dilakukan sebagai sarana pembinaan semangat.
Sejarah gemilang korps, benda-benda
bersejarah, riwayat anggota yang mengesankan dan prestasi anggota dapat
merupakan sarana pembina jiwa korsa. Disamping itu peranan tradisi-tradisi
korps, pembinaan disiplin, penampilan-penampilan yang khas akan menumbuhkan
jiwa korsa, sebaliknya terciptanya jiwa korsa yang tinggi akan meningkatkan
disiplin, pengabdian dan kerja keras.
Tidak boleh dilupakan pula lagu-lagu korps
yang bersemangat dan semboyan-semboyan serta motto korps. Yang perlu ditekankan
adalah didalam membangun jiwa korsa korps harus dijaga jangan sampai menuju
chauvinisme. Jiwa korsa tidak bersifat tertutup seperti orang-orang chauvinisme
yang tidak mau tahu sesuatu yang datang dari luar korpsnya.
Orang-orang chauvinisme selalu berprasangka
bahwa yang lain itu jelek dan hanya merekalah yang baik,yang jempolan, yang
jagoan, sehingga tidak ada usaha mawas diri. Jika takabur, sombong, yang
demikian itu akan menjadi benih kehancuran.
Untuk membina dan memelihara moral tinggi dan
semangat korps, ada tulisan dari Dr. Willem A.cohen yang memesankan kepada
atasanya: “beri kesempatan orang lain berprestasi,bersikap riang gembira,
ketahuilah apa yang terjadi dan ambilah tindakan, berikan teladan pribadi,
pertahankan integritas pribadi, binalah saling percaya dan pusatkan perhatian
pada sumbangan bukan perolehan pribadi dan doronglah setiap orang berbuat
sama“.
Jiwa korsa sangatlah penting dan perlu
dipelihara, namun harus secara wajar, tidak berlebihan, dan tidak dalam arti
sempit. Dalam jiwa korsa harus diwaspadai bibit-bibit chauvinisme yang
merupakan kecintaan atau solidaritas yang tidak proporsional. Pedoman yang
perlu dimainkan atara lain “BERIKAN SEMUA YANG BISA KAU BERIKAN “ dan
bukan “ DAPATKAN SEMUA YANG BISA KAU DAPAT.